top of page
Gambar penulisKavita Media

SISTEM INFORMASI PADA ERA GLOBALISASI


Pengaruh perkembangan teknologi informasi secara global.

Perkembangan peradaban manusia pada dasarnya adalah karena pengaruh perkembangan teknologi. Dengan kata lain perkembangan teknologilah yang mendorong kemajuan peradaban umat manusia. Tentu saja selain faktor teknologi ada banyak faktor lain yang mendorong kemajuan peradaban, antara lain kemajuan bidang ekonomi, kemajuan bidang kedokteran, kemajuan bidang kesusasteraan dan lain-lain. Tetapi dari sekian banyak faktor tersebut yang menjadi faktor dominannya ialah kemajuan teknologi.


Kemajuan peradaban umat manusia menurut futurolog Alvin Toffler dapat dibagi kedalam 4 tahapan periode perkembangan jaman. Perubahan dari satu jaman ke jaman yang lain diawali dengan sebuah revolusi peradaban akibat penemuan suatu jenis teknologi yang mengakibatkan perubahan diseluruh dunia. Sehingga itulah sebabnya maka perubahan itu disebut dengan istilah revolusi. Keempat tahapan tersebut oleh Toffler disebut gelombang 0, gelombang 1, gelombang 2 dan gelombang 3.


Empat gelombang Perkembangan Teknologi

Gelombang 0 ialah masa dimana manusia masih tergantung kepada alam. Orang belum mengenal budi daya. Manusia sekedar mengambil makanan yang sudah disediakan oleh alam. Apabila manusia merasa lapar, maka ia akan mencari pohon yang buahnya dapat dimakan. Apabila buah-buah pohon didaerah tersebut sudah habis, maka manusia pindah ke tempat lain untuk mencari makanan yang baru demikian seterusnya. Apabila persediaan makanan ditempat itu habis maka kelompok orang itu akan mencari tempat yang lain lagi demikian seterusnya. Orang hidup secara Nomaden. Dengan demikian untuk dapat menghidupi sekelompok orang, diperlukan area yang cukup luas. Agar apabila kelompok orang tersebut kembali ketempat semula, persediaan makanan ditempat itu sudah siap untuk dimakan lagi. Pada masa tersebut belum ada konsep tentang “kekayaan”. Karena alam begitu luas, makanan berlimpah dan orang masih sedikit. Pada abad 21 ini, nampaknya masih ada sekelompok kecil orang didunia ini yang masih hidup dengan pola era gelombang 0 tersebut.


Setelah jumlah orang bertambah banyak, maka orang mulai berpikir untuk bagaimana caranya dapat menghasilkan bahan makanan tanpa membutuhkan area yang luas. Faktor rumah juga mendorong kearah kebutuhan adanya teknologi untuk menghasilkan makanan tanpa harus berpindah tempat. Ketika orang tinggal disuatu daerah, misalnya disuatu gua tertentu, mereka ingin sedapat mungkin tidak perlu lagi berpindah tempat tetapi tetap dapat memperoleh bahan makanan yang mencukupi kebutuhannya. Maka orang mulai mencari cara untuk mengolah tanah agar dapat menghasilkan bahan makanan. Tidak terlalu jelas kapan hal tersebut terjadi, orang menemukan teknologi bercocok tanam. Walaupun hal ini nampaknya sederhana, tetapi penemuan teknologi cocok tanam ini dampaknya adalah mengubah peradaban manusia diseluruh dunia. Awal penemuan teknologi cocok tanam ini disebut sebagai revolusi Pertanian. Dengan demikian peradaban umat manusia mulai memasuki era gelombang I. Pada masa tersebut orang mulai mulai mengenal konsep kekayaan. Yaitu bahwa seseorang mempunyai harta yang lebih banyak daripada yang lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan mengolah tanah tidak sama seorang dengan yang lain. Secara notasi dituliskan :

P = ¦(T)

Dimana P : Produktivitas

T : Tenaga kerja

Pada masa tersebut produktivitas suatu usaha ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang tersedia. Semakin banyak tenaga kerja yang tersedia semakin banyak juga produktivitas yang dihasilkan. Karena semua orang mempunyai lahannya sendiri, maka orang mencari tambahan tenaga kerja dari anak-anak mereka. Oleh karena itulah paada era ini memang berlaku motto : “banyak anak banyak rejeki”. Karena memang semakin banyak anaknya, maka semakin luas lahan yang dapat mereka garap. Dan semakin luas lahan yang dapat mereka garap, maka akan semakin banyak harta mereka. Orang-orang yang hidup pada tingkat peradaban ini akan menganggap kekayaan yang paling berharga ialah tanah atau sawah. Penduduk pedesaan umumnya masih hidup dengan pola pikir era peradaban gelombang 1 ini. Itulah sebabnya bagi penduduk desa harta yang paling berharga ialah sawah. Pada aspek Tenaga kerja, yang paling mereka perlukan ialah tenaganya. Itulah kenapa orang desa tidak terlalu bersemangat menyekolahkan anaknya ke jenjang yang tinggi. Lulus Sd bagi mereka sudah dipandang cukup. Hal ini disebabkan karena yang dibutuhkan orang tua dari anaknya ialah tenaga atau ototnya, yaitu untuk menggarap sawah diladang.


Era peradaban gelombang 1 ini berlangsung entah berapa lama. Ketika peradaban terus berkembang, orang terdorong untuk menemukan alat pengganti tenaga. Karena orang menyadari bahwa siapa yang memiliki tenaga maka ia akan mampu mengolah tanah. Akhirnya jerih lelah usaha menemukan ini berhasil memperoleh buahnya, yaitu ketika pada abad 18 di Eropa lahirlah revolusi industri. Revolusi ini dimulai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt. Mengikuti jejak James Watt selanjutnya ditemukan mesin bensin, mesin diesel dan seterusnya. Berbagai macam penemuan mesin tersebut pada dasarnya sebanarnya sama, ialah penemuan mesin tenaga, yaitu mesin yang mampu menghasilkan tenaga sebagai pengganti tenaga manusia. Sejak waktu itu lahirlah berbagai macam mesin yang bekerja dengan tenaga yang dahsyat. Dari bus yang mampu mengangkut puluhan orang sekaligus, kereta api yang mampu mengangkut ratusan sekaligus sampai dengan kapal laut yang mampu mengangkut ribuan orang sekaligus. Seperti yang kita lihat revolusi industri ini mengubah peradaban seluruh umat manusia didunia. Selanjutnya orang ekonomi merumuskan peradaban era gelombang kedua itu dengan rumus yang dinotasikan sbb:

P = ¦(T,M)

Dimana P : Produktivitas

T : Tenaga kerja

M : Modal.

Modal atau Capital dipergunakan sebagai variabel kedua yang muncul pada rumus tersebut karena bagi pandangan orang ekonomi semua teknologi era gelombang kedua tersebut pada dasarnya dapat dirangkum kedalam sebuah variabel yang namanya modal. Barang siapa memiliki modal maka siapapun dapat memiliki kemampuan yang dihasilkan oleh penemuan teknologi gelombang kedua tersebut. Sementara itu variabel T yaitu Tenaga kerja tetap masih ada. Tetapi Tenaga Kerja yang dimaksudkan disini ialah tenaga kerja yang merepresentasikan Tenaga Buruh. Kedua faktor inilah yang sering disebut sebagai faktor produksi. Dalam masyarakat pemilik kedua faktor produksi ini seringkali berbeda. Pemilik faktor produksi Tenaga kerja umumnya ialah buruh kecil, sedangkan pemilik faktor produksi modal ialah para majikan, orang kaya. Kedua kelompok ini seringkali terlibat perselisihan dalam memperebutkan “produksi” / “kekayaan” yang diperoleh. Dan apabila mereka berselisih, maka umumnya yang menang ialah pihak pemilik Modal. Alasan untuk keadaan ini adalah disebabkan karena Modal sebenarnya adalah merepresentasikan kekuatan teknologi teknik tenaga yang adalah hasil dari era gelombang ke 2 yang tentu saja lebih kuat dari Tenaga kerja yang merepresentasikan teknologi gelombang 1.


Selanjutnya orang menyadari bahwa untuk mengelola Modal ternyata diperlukan otak yang cerdas. Oleh karena itu maka orang yang sudah hidup pada era gelombang 2 ini sangat menghargai orang yang berotak cerdas dan bukannya orang yang berotot kuat tetapi tidak cerdas seperti halnya pada orang era gelombang 1. Orang yang sudah berwawasan era gelombang 2 ini adalah orang yang akan menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi. Orang yang tinggal di perkotaan umumnya sudah mempunyai wawasan sebagai orang era gelombang kedua. Harta yang paling berharga bagi orang-orang yang hidup pada era gelombang kedua ini adalah Uang. Selanjutnya ketika orang menyadari bahwa otak atau akal adalah suatu faktor penting dalam diri manusia untuk meraih kesejahteraan atau kekayaan, maka orang muali berpikir untuk menemukan alat yang dapat mengganti atau menghasilkan daya seperti akal manusia. Akhirnya pada tahun 1945 lahirlah komputer elektronik pertama sebagai hasil pengembangan teknologi komputer yang dinamakan Eniac yang dikembangkan oleh Prof. Mauhly dibantu oleh mahasiswanya yang bernama Eckert. Penemuan ini mengakibatkan terjadinya revolusi informasi yang dampaknya mempengaruhi seluruh dunia. Perubahan ini mengakibatkan munculnya faktor produksi baru yang oleh orang ekonomi dinyatakan sebagai I, yaitu Ilmu pengetahuan. Sehingga notasi faktor produksi beubah menjadi sbb:

P = ¦(T,M,I)

Dimana P : Produktivitas

T : Tenaga kerja

M : Modal.

I : Ilmu Pengetahuan

Sehingga pada saat ini pada dasarnya sudah ada 3 faktor produksi. Dari ketiga faktor tersebut, seperti yang sudah terjadi sebelumnya, faktor yang paling kuat atau paling dominan adalah faktor yang muncul paling akhir, yaitu I (Ilmu Pengetahuan). Faktor ini lebih kuat bahkan dibanding dengan faktor M (modal). Perkembangan perubahan ekonomi yang seringkali mendadak dan tak terduga-duga sebelumnya membuat orang menyadari bahwa nilai uang dapat berubah bahkan secara drastis sehingga hanya dalam hitungan hari suatu kekayaan dapat hilang dalam sekejab mata ketika nilai mata uang disuatu negara jatuh. Dilain pihak semakin nyata bahwa orang memiliki ilmu pengetahuan yang lengkap akan selalu mampu mengantisipasi kedaan dan survive bahkan mampu untuk terus berkembang. Latar belakang inilah yang nampaknya mendorong orang pada masa sekarang untuk berlomba-lomba sekolah ke jenjang S2 bahkan S3 setinggi mungkin. Karena orang menyadari bahwa siapa memiliki ilmu pengetahuan / informasi bahkan dialah yang akan mempunyai kekuasaan. Alat yang disebut komputer adalah salah satu bukti pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan. Komputer yang seharga 5 juta rupiah misalnya, apabila karena misalnya tegangan listriknya salah lalu terbakar dan tidak bisa bekera lagi, berapakah harganya? Nol rupiah. Sekalipun bahannya praktis tidak berubah, demikian juga bentuknya tetap sama. Jadi yang berharga 5 juta rupiah pada diri komputer sesungguhnya ialah ilmu pengetahuan yang ditanam berada pada alat tersebut. Bila karena korsleting lalu komputer itu rusak dan tidak bisa bekerja lagi karena “ilmu pengetahuan” yang ditanam pada alat itu hilang, maka 5 juta rupiah tersebut juga hilang. Jadi 5 juta harga sebuah komputer, sesungguhnya harga tersebut praktis semuanya adalah harga “ilmu pengetahuan” yang ditanam pada alat tersebut. Bahan baku pembuat komputernya dapat diabaikan. Contoh produk lain yang sarat Ilmu Pengetahuan adalah pesawat terbang. Sebuah Boeing 747, dapat dibaca disitus Internetnya adalah berharga sebesar sekitar 225 juta US$, atau sekitar 2 ¼ trilyun rupiah dengan kurs 1 US$ sama dengan Rp 10.000,-. Apabila misalnya suatu Negara akan membelinya dan dibarter dengan ketela pohon, yang pada hari buku ini ditulis harganya adalah Rp 1.000/kg, maka berarti diperlukan 2 ¼ juta ton ketela pohon. Bila produktivitas penanaman ketela pohon adalah 15 ton/ha, maka berarti diperlukan lahan seluas 150.000 ha. Bila luas kabupaten Bantul di propinsi DIY adalah 508 km2, atau 50 800 ha, maka berarti satu kabupaten ditanami ketela pohon semuapun masih jauh dari cukup untuk membeli 1 boeing 747. Contoh ini barangkali terlalu ekstrim, tetapi setidaknya dapat memberi gambaran betapa mahalnya nilai “ilmu pengetahuan” .

Postingan Terakhir

Lihat Semua

INFORMASI

Comments


bottom of page