top of page
Gambar penulisKavita Media

Peneliti Beberkan Cara ISIS Meradikalisasi TKI lewat Medsos

Seorang buruh migran di Hongkong berinisial AK mengalami proses radikalisasi hanya dalam waktu tiga bulan. AK dideportasi ke Indonesia karena mengibarkan bendera ISIS dan mengunggah ke medsos.



Kelompok teroris ISIS memanfaatkan media sosial secara cepat dan tepat untuk merekrut simpatisan atau mengubah seseorang menjadi radikal.

Peneliti dari Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin menyatakan pola perekrutan buruh migran yang terlibat kelompok ISIS paling banyak dilakukan melalui media sosial. Menurutnya, proses radikalisasi melalui media sosial sangat intensif dan cepat.


Solahudin---yang pernah menjadi peneliti di International Crisis Group (ICG) Asia Tenggara bersama Sidney Jones---mencontohkan ada seorang buruh migran yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hongkong berinisial AK mengalami proses radikalisasi hanya dalam waktu tiga bulan. 


AK kemudian dideportasi ke Indonesia karena merekam video ia mengibarkan bendera ISIS lalu mengunggahnya ke media sosial.


"Sejak dia terpapar paham radikal dia mulai aktif menjadi anggota berbagai kelompok diskusi. Ia pun berafiliasi dengan kelompok ISIS. Dia banyak bergabung dengan channel Telegram, bergabung dengan banyak private chat, bahkan dia belakangan juga menjadi admin beberapa private chat," kata Solahudin di Jakarta, Selasa (19/12/2017).


Solahudin mengatakan, ISIS sangat pintar dalam mengelola isu menggunakan media sosial. Dari penelitian Solahuddin, ada lebih dari 600 kanal berbahasa Indonesia di Telegram yang berafiliasi dengan ISIS. Selain itu ada lebih dari 30 grup private chat berbahasa Indonesia di Telegram yang juga berafiliasi dengan ISIS.

Menurut Solahudin, orang yang bergabung dengan grup tersebut setiap harinya akan terpapar materi radikalisme dengan intensif. Satu kanal di Telegram misalnya, kata Solahuddin, setiap hari menyebarkan 50 sampai 150 materi radikalisme.


"Ini menunjukkan ada percepatan proses radikalisasi. Dalam waktu hanya hitungan bulan seseorang bisa terpengaruh," kata Solahuddin.


Laporan terakhir Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) menemukan 45 orang buruh migran Indonesia terlibat dengan kelompok ISIS di Hongkong. Bahkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan radikalisasi terhadap buruh migran tak hanya terjadi di Hongkong, tapi juga di Taiwan, Korea Selatan, Singapura dan Malaysia.


Sumber:http://kbr.id/berita/01-2018/kapolri__selama_pilkada__jangan__ganggu__calon_kepala_daerah_dengan_pemeriksaan_hukum/94320.html

Postingan Terakhir

Lihat Semua

INFORMASI

Comentarios


bottom of page