top of page
Gambar penulisKavita Media

Partisipasi Teknologi Informasi dalam Pemilu di Indonesia

Pemanfaatan teknologi dalam Pemilu di Indonesia memberi warna baru dalam ruang demokrasi.

Pemanfaatan Teknologi informasi dalam melakukan penghitungan suara dengan memanfaatkan keterbukaan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), sehingga proses hitung suara bukan monopoli institusi pemerintah. Sebelum KPU mengumumkan perolehan suara pemilu, di luar sana ada beberapa situs web yang memberi gambaran hasil penghitungan suara. Hasil penghitungan suara yang dilakukan situs web mampu mendekati angka rekapitulasi yang dirilis KPU bahkan bisa sama persis dengan rekapitulasi final KPU.


Kecanggihan sistem hitung suara yang diolah situs-situs di luar KPU tak lepas dari kerja keras sang kreator dalam menyusun kode pemrograman dan peran para relawan yang terlibat dalam pengelolaannya. Misalnya, digarap oleh seorang warga negara Indonesia bernama Ainun Najib yang bekerja sebagai konsultan teknologi di Singapura. Untuk membangun sistem itu, ia dibantu oleh dua teman yang sempat memenangi olimpiade matematika dan kini tinggal di Amerika Serikat. Sayangnya, identitas dua teman itu tidak diungkap ke publik.


Ainun mengaku situs web KawalPemilu.org memiliki relawan sebanyak 700 orang yang meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, untuk berkontribusi tanpa dibayar atau populer disebut crowdsourcing. Open data KPU yang menjadi rujukan untuk membuat crowdsourcing tabulasi C1.


Seperti diketahui, situs web KawalPemilu.org dan Kawal-Suara.appspot.com melakukan tabulasi dengan memanfaatkan formulir C1. Ainun mengakui bahwa hasil tabulasi C1 yang ia dan para relawan lakukan belum sempurna. Sedangkan Situs web Pilpres2014.org dibuat oleh Henry Tan Setiawan. Ia adalah warga negara Indonesia yang bekerja di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, Amerika Serikat, sejak tahun 2006. Kini, ia bekerja sebagai peneliti untuk machine learning yang disebut Project Adam oleh Microsoft.


Henry mengerjakan Pilpres2014 seorang diri. Ia menyusun sistem algoritma yang membuat kerja situs tersebut menjadi autopilot. Begitu ada pembaruan data formulir DA1, DB1, dan DC1 pada situs KPU, maka sistem Pilpres2014.org secara otomatis menarik data tersebut, mengolahnya, dan menampilkan hitungan suara terbaru di halaman utama setiap dua jam.


Henry menyambut baik sistem keterbukaan data yang telah dilakukan KPU. Namun, ia menyarankan agar KPU lebih menyempurnakan sistem tersebut. Application Programming Interface (API) dibuat lebih formal dengan full documentation dan lebih disempurnakan, seperti halnya Facebook dan Twitter membuka API mereka.


Henry pun berharap KPU dapat menyiapkan sistem pemrosesan formulir menggunakan teknologi image recognation yang bisa langsung membaca angka-angka. Langkah ini, menurut Henry, membuat kesalahan-kesalahan penghitungan terdeteksi secara otomatis dan mempersulit oknum yang ingin memanipulasi data.


Menampilkan hasil pindai lebih bisa diterima

Sejak 1999, hasil penghitungan suara Pemilu yang dilakukan KPU sudah bisa dilihat secara online hingga ke tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS). Namun, semua data itu sudah dimasukkan dalam dokumen digital lembar lajur (seperti dokumen spreadsheet Microsoft Office Excel) dan dihitung secara real time.


Di tahun 2014 ini terdapat perbedaan, di mana KPU memutuskan untuk memperlihatkan hasil pindai (format .JPEG) formulir C1 yang ditulis tangan dan ditandatangani langsung oleh petugas di TPS. Semua itu bisa dilihat di situs web KPU, lengkap dengan navigasi provinsi hingga TPS di kelurahan/desa.


Menurut praktisi teknologi Johar Alam Rangkuti, keputusan KPU tahun ini secara psikologis lebih bisa diterima masyarakat. Dengan memberi dokumen asli dan tidak menjumlahkan suara, ternyata lebih bikin masyarakat peduli pada pemilu. Dan masyarakat lebih merasa terlibat dalam pesta demokrasi. Jadi, ide menampilkan C1 secara utuh di situs web KPU adalah ide yang brilian.


Tak mengherankan jika keputusan itu disambut para praktisi teknologi untuk menciptakan situs web yang, tidak hanya memberi gambaran hasil hitung suara melalui akses internet, namun juga berfungsi mengawal proses penghitungan suara.


Sistem keterbukaan data yang dilakukan KPU telah melahirkan sesuatu yang luar biasa; sebuah partisipasi dan kolaborasi dari rakyat dan untuk rakyat dengan memanfaatkan teknologi dan internet. Semoga pilpres 2019 yang akan datang dapat berjalan aman, damai dan lebih transparan dengan memanfaatkan power full teknologi informasi yang terbarukan.

Postingan Terakhir

Lihat Semua

INFORMASI

Comentários


bottom of page